Jumat, 11 Mei 2012

Salah Mengerti Kata “Yatim”

Salah pengartian kata-kata dalam Bahasa Indonesia kembali saya temukan. Rata-rata, kesalahan pengartian itu didapat dari guru sekolah dan apa yang didengar di televisi.
Beberapa waktu lalu, teman saya mengirim sebuah pertanyaan di di grup BBM. Begini :

Salah satu soal ujian Bahasa Indonesia.
Pilihlah mana yang benar

a. Anak yatim itu dipukuli ayah kandungnya.
b. Anak yatim itu dipukulkan ayah kandungnya.
c. Anak yatim itu di pukuli ayah kandungnya.
d. Anak yatim itu di pukulkan ayah kandungnya.

Hayo siapa yang bisa jawab soal ini.

Beberapa teman memilih jawaban A, beberapa berkata tidak ada jawaban benar. Lalu ada pertanyaan “Kok jawab A kenapa?” teryata alasannya adalah “dipukuli itu yang bener disambung, bukan dipisah jadi di pukuli.” Menurut buku EYD, alasan ini benar. didan i dalam kata dipukuli adalah sebuah imbuhan yang ditulis serangkai dengan kata dasar. Sedangkan jika kata depan di memang ditulis terpisah dari kata dasar. Contoh kata depan di : di kantor , di sana , dll.

Sedangkan beberapa teman yang sudah pernah mendapatkan pertanyaan ini menertawakan teman yang menjawab A. Dengan santai mereka bilang “Goblog, pasti nggak lulus SD. Anak yatim kan sudah tidak punya ayah”. Setelah membaca ini, saya teringat dulu saat masih duduk di SD, guru PPKN dan Bahasa Indonesia dengan tegas menjelaskan bahwa anak yatim adalah anak yang sudah tidak punya ayah, sedangkan anak piatu adalah anak yang sudah tak mempunyai ibu. Dan benar, setelah saya tanya kepada teman-teman, mereka mengacu pada penjelasan guru di waktu SD dan SMP. Mereka menunjukkan bukti catatan dan buku paket yang masih disimpan. Beberapa memotretnya dan di-upload di grup Blackberry. Saya tertawa kecil sambil mengenang masa itu.

Semasa kuliah, dosen saya pernah menjelaskan tentang hal ini. Kata anak yatim, adalah sebutan untuk anak yang sudah tidak mempunyai salah satu orang tua, tak punya ayah atau tak punya ibu. Hanya salah satu. Bisa juga disebut anak piatu. Maknanya sama. Kemudian saya coba cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia dan KBBI online karena dua sumber itu yang saya yakini bisa menjadi patokan.

ya·tim a tidak beribu atau tidak berayah lagi (krn ditinggal mati);

Begitulah kira-kira isinya. Sedangkan jika yatim piatu adalah anak yang sudah tidak punya kedua orang tua. Lalu siapa yang keliru? Bukan saatnya menyalahkan. Namun, akan lebih baik jika para guru SD sebaiknya membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup dan terpercaya. Mereka adalah salah satu penentu masa depan bangsa. SD adalah dasar dari sebuah pendidikan, jika dasarnya ditanamkan kekeliruan maka akan yang akan tumbuh juga sebuah kekeliruan. Memang, kekeliruan semacam ini bisa diperbaiki di saat pendidikan selanjutnya. Namun demikian, mengapa tidak dilaksanakan dari dasar? Semakin banyak yang keliru, semakin banyak pula yang harus diperbaiki. Semoga adik-adik kita akan mendapatkan hak mereka untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Salam dari Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar