Selasa, 04 Mei 2010

Alkid? Ada Apa di Sana?

Sebagai orang Jogja, rasanya saya sangat jarang menikmati suasana Alun-alun Kidul (Alun-alun Selatan) atau sering disebut Alkid. Dulu, di tempat ini belum terlalu ramai dan yang terkenal hanya permainan Masangin, yaitu berjalan melewati tengah dua pohon beringin dengan mata tertutup. Mitosnya, siapa yang berhasil melewati tengahnya dalam keadaan mata tertutup, doanya akan terkabul.

Awalnya, saya merasa agak tak bersemangat saat diajak seorang teman. “yuk ke Alkid, kita main sepeda. Seru lho!!” kata seorang teman. Sambil memicingkan mata saya seolah menganggap “ah, biasa saja,saya orang Jogja kok. Udah sering ke sana, tiap hari lewat sana”. Namun akhirnya kami berangkat juga. Tiba-tiba ada rasa ingin merasakan bagaimana rasanya.

Sepeda Hias
foto : deindra.com
Beberapa tahun lalu, sepeda dengan hiasan lampu warna-warni berbentuk berbagai macam tokoh kartun mulai dari doraemon, donal bebek, dan bentuk menarik lainnya ini mulai dirintis. Tak diketahui secara pasti siapa yang mengawalinya, namun ide ini benar-benar luar biasa. Dulu yang saya lihat baru sekitar 4-7 sepeda, namun sekarang sudah ratusan sepeda hias disewakan di sekeliling alun-alun selatan ini. Sepeda yang dihias tak sekedar sepeda biasa seperti pada umumnya. Berawal dari sepeda tandem (sepeda roda dua yang bisa dikendarai lebih dari satu orang), kemudian merambah menjadi sepeda dengan bentuk mobil. Hhmm kalau mengayuh sepeda itu biasa namun kedengarannya aneh jika kita mengayuh mobil. Namun, saya belum membuktikan sendiri. 

Sambil menunggu giliran bersepeda, kami duduk di trotoar sambil menikmati wedang ronde dan jagung bakar.  Angin bertiup dengan ramahnya, membuat suasana malam itu semakin syahdu. Apalagi terdengar beberapa pengamen yang menyanyikan lagu dengan sangat merdu.

Kami medatangi salah satu penyedia jasa sewa sepeda dan tibalah saatnya naik mobil, namun mobil kali ini digenjot atau dikayuh. Kami naik ber-4 dalam satu mobil. Tarifnya 20.000 untuk mobil dan 15.000 untuk sepeda tandem ber-3. Jadi  tiap orang dikenai biaya Rp 5000 per 2 kali putaran. Seru juga teryata. Menaiki sebuah sepeda berbentuk mobil dengan hiasan lampu neon warna-warni. Selama perjalanan berputar mengelilingi alun-alun, keseruan itu benar-benar terjadi. Suasana yang belum pernah saya dapatkan di kota tercinta ini.

Malam makin larut, banyak orang saling bercanda riang dan ada pula sepasang kekasih yang sedang memadu cinta dengan naik sepeda tandem berhiaskan lampu warna-warni berbentuk jantung hati. Romantis mungkin, saya pun ikut merasakan suasana keromantisan itu.

Masangin
foto : Edi Kusumawati
Seperti yang sudah saya sebutkan di awal tadi. Dulu Alun-alun kidul terkenal dengan permainan yang disebut “masangin”. Tampaknya permainan ini sangat mudah, yaitu berjalan dari sisi utara pinggir alun - alun selatan, tepatnya depan Sasana Hinggil melawati tengah pohon beringin atau orang sekitar menyebutnya “ringin kurung” dengan posisi mata tertutup. Jika berhasil menurut mitosnya orang tersebut akan dikabulkan doa-doanya.

Menurut seorang bapak-bapak yang tau mau disebut namanya “beringin ini hanya bisa dilewati oleh orang yang hatinya bersih. Kalau dia punya banyak niat kotor ya pasti jalannya akan melenceng” katanya dengan tegas. Untuk coba-coba saja, mungkin anda bisa membuktikan, apakah hati anda bersih atau tidak. hehe
Biasanya banyak orang yang dating ke sana dan ingin mencoba masangin ini namun tidak membawa penutup mata. Jangan khawatir, di garis start masangin terdapat orang yang menyewakan penutup mata dengan harga Rp 3000 sampai anda bosan.

Secara detail, tak banyak yang tahu bagaimana misteri dan filosofi permainan yang pernah dicoba oleh pesulap Dedy Corbuzier ini. Bagaimana sensasi permainan ini? Hanya dapat anda rasakan di Alun-alun Selatan Kota Yogyakarta. Mari, buktikan kekuatan suasananya.