Sebagai
orang Jogja, rasanya saya sangat jarang menikmati suasana Alun-alun Kidul (Alun-alun
Selatan) atau sering disebut Alkid. Dulu, di tempat ini belum terlalu ramai dan
yang terkenal hanya permainan Masangin, yaitu berjalan melewati tengah dua
pohon beringin dengan mata tertutup. Mitosnya, siapa yang berhasil melewati
tengahnya dalam keadaan mata tertutup, doanya akan terkabul.
Awalnya,
saya merasa agak tak bersemangat saat diajak seorang teman. “yuk ke Alkid, kita
main sepeda. Seru lho!!” kata seorang teman. Sambil memicingkan mata saya
seolah menganggap “ah, biasa saja,saya orang Jogja kok. Udah sering ke sana,
tiap hari lewat sana”. Namun akhirnya kami berangkat juga. Tiba-tiba ada rasa
ingin merasakan bagaimana rasanya.
Sepeda
Hias
foto : deindra.com |
Beberapa
tahun lalu, sepeda dengan hiasan lampu warna-warni berbentuk berbagai macam
tokoh kartun mulai dari doraemon, donal bebek, dan bentuk menarik lainnya ini
mulai dirintis. Tak diketahui secara pasti siapa yang mengawalinya, namun ide
ini benar-benar luar biasa. Dulu yang saya lihat baru sekitar 4-7 sepeda, namun
sekarang sudah ratusan sepeda hias disewakan di sekeliling alun-alun selatan
ini. Sepeda yang dihias tak sekedar sepeda biasa seperti pada umumnya. Berawal
dari sepeda tandem (sepeda roda dua yang bisa dikendarai lebih dari satu orang),
kemudian merambah menjadi sepeda dengan bentuk mobil. Hhmm kalau mengayuh
sepeda itu biasa namun kedengarannya aneh jika kita mengayuh mobil. Namun, saya
belum membuktikan sendiri.
Sambil
menunggu giliran bersepeda, kami duduk di trotoar sambil menikmati wedang ronde
dan jagung bakar. Angin bertiup dengan
ramahnya, membuat suasana malam itu semakin syahdu. Apalagi terdengar beberapa
pengamen yang menyanyikan lagu dengan sangat merdu.
Kami
medatangi salah satu penyedia jasa sewa sepeda dan tibalah saatnya naik mobil,
namun mobil kali ini digenjot atau dikayuh. Kami naik ber-4 dalam satu mobil.
Tarifnya 20.000 untuk mobil dan 15.000 untuk sepeda tandem ber-3. Jadi tiap orang dikenai biaya Rp 5000 per 2 kali
putaran. Seru juga teryata. Menaiki sebuah sepeda berbentuk mobil dengan hiasan
lampu neon warna-warni. Selama perjalanan berputar mengelilingi alun-alun, keseruan
itu benar-benar terjadi. Suasana yang belum pernah saya dapatkan di kota
tercinta ini.
Malam
makin larut, banyak orang saling bercanda riang dan ada pula sepasang kekasih
yang sedang memadu cinta dengan naik sepeda tandem berhiaskan lampu warna-warni
berbentuk jantung hati. Romantis mungkin, saya pun ikut merasakan suasana
keromantisan itu.
Masangin
foto : Edi Kusumawati |
Seperti
yang sudah saya sebutkan di awal tadi. Dulu Alun-alun kidul terkenal dengan
permainan yang disebut “masangin”. Tampaknya permainan ini sangat mudah, yaitu
berjalan dari sisi utara pinggir alun - alun selatan, tepatnya depan Sasana
Hinggil melawati tengah pohon beringin atau orang sekitar menyebutnya “ringin
kurung” dengan posisi mata tertutup. Jika berhasil menurut mitosnya orang
tersebut akan dikabulkan doa-doanya.
Menurut
seorang bapak-bapak yang tau mau disebut namanya “beringin ini hanya bisa
dilewati oleh orang yang hatinya bersih. Kalau dia punya banyak niat kotor ya
pasti jalannya akan melenceng” katanya dengan tegas. Untuk coba-coba saja, mungkin
anda bisa membuktikan, apakah hati anda bersih atau tidak. hehe
Biasanya
banyak orang yang dating ke sana dan ingin mencoba masangin ini namun tidak
membawa penutup mata. Jangan khawatir, di garis start masangin terdapat orang yang menyewakan penutup mata dengan
harga Rp 3000 sampai anda bosan.
Secara
detail, tak banyak yang tahu bagaimana misteri dan filosofi permainan yang
pernah dicoba oleh pesulap Dedy Corbuzier ini. Bagaimana sensasi permainan ini?
Hanya dapat anda rasakan di Alun-alun Selatan Kota Yogyakarta. Mari, buktikan
kekuatan suasananya.