Rabu, 27 Oktober 2010

Eksotisme Gua Pindul : Kekayaan Potensi Wisata Bejiharjo

Bagi para penggiat petualangan, terlebih petualang sungai atau goa, tak selamanya harus melewati rintangan-rintangan yang berbahaya. Di sebuah Desa di Kabupaten Gunung Kidul, saya melakukan petualangan menyusuri sungai ke dalam goa. Warga sekitar menyebutnya dengan cave tubing.


Untuk memulai petualangan, saya harus terlebih dulu mendatangi basecamp di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Saya harus melewati perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kota Yogyakarta. Ibarat mendaki gunung, jalan berkelok dan menanjak harus saya lalui, namun saya mendakinya dengan sebuah kendaraan.

Tibalah saya di basecamp yang letaknya paling dekat dengan Goa Pindul dan inilah basecamp yang resmi dan dikelola oleh POKDARWIS DEWA BEJO (Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Beji Harjo) yang diketuai oleh Subagyo. Basecamp ini cukup ramai. Terlihat banyak tumpukan rompi pelampung yang sedang dijemur dan sekelompok pemandu yang sedang beristirahat. Di depan basecamp terdapat sebuah kolam yang cukup besar. Sambil menunggu giliran berpetualang, pengunjung bisa menikmati terapi ikan. Seperti yang kita lihat di televisi, terapi ikan ini berfungsi untuk mengangkat sel-sel kulit mati. Namun kalau di tempat lain, menikmati terapi ikan harus membayar dengan tarif tertentu, di sini kita bisa menikmati secara gratis.
             
Berdasarkan cerita masyarakat setempat, nama Goa Pindul sendiri berasal dari kisah pembuangan bayi oleh utusan Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Sebelum dibuang, sang bayi dimandikan di dalam sebuah goa. Saat dimandikan, pipi sang bayi terbentur sebuah batu. Karena peristiwa tersebut, akhirnya goa tersebut dinamai Goa Pindul (pipi Kebendul (terbentur)). Cerita tentang asal mula penamaan ini kini dimonumenkan dalam sebuah prasasti yang berada di awal jalur pemberangkatan goa.
              
“Silakan jaket pelampungnya dipakai”, kata salah seorang pemandu. Ia juga menjelaskan bagaimana posisi pemakaian ban pelampung. Petualangan goa ini terdiri dari zona terang, zona remang, dan zona gelap. Di awal petualangan, saya melihat banyak kelelawar dan wallet beterbangan keluar masuk. Jika masuk ke dalam, kita akan melihat beberapa sarangnya. Semakin ke dalam tibalah saya di zona remang dan zona gelap. Tak ada setitik pun cahaya matahari yang terlihat, untungnya setiap pemandu selalu dibekali penerangan berupa lampu senter.
                
Di tengah goa terdapat batu stalagmit dan stalagtit dengan berbagai ukuran. Terdapat pula stalagtit dengan ukuran raksasa dan menghujam ke bawah sekitar 5 meter.  Di dalam kegelapan goa itu, salah seorang pemandu mengatakan bahwa di tempat itu terdapat batu yang bisa mengeluarkan bunyi seperti suara gamelan. Dari situ warga sekitar menamainya dengan nama Watu Gong.
                
Karakter cave tubing di Goa Pindul ini mungkin berbeda dengan suasana caving lainnya. Meskipun kedalamannya mencapai 5 meter, namun arus sungai yang tenang dan pendampingan dari para pemandu yang dengan ramah melayani membuat petualangan ini sangat menyenangkan. Di akhir goa, suasana gelap perlahan menjadi temaram dan kemudian terang. Arsitektur goa terlihat indah dan eksotis. “silakan kalau mau foto-foto, biasanya ada juga yang naik ke batu ini mas” kata seorang pemandu sambil menunjuk tebing batu dalam goa itu.
                
Melihat ke sisi atas goa itu, terdapat sebuah lubang yang sangat besar menganga sebagai pintu cahaya matahari yang masuk menerangi goa itu. Konon, lubang tersebut terbentuk karena diinjak oleh seorang utusan Panembahan Senapati. Karena kesaktiannya, goa itu berlubang dengan sekali injakan.
                
Sesampainya di luar goa, pemandu menyajikan berbagai macam permainan. Salah satunya adalah menantang para pengunjung yang baru saja keluar dari goa untuk terjun dari sebuah pohon yang tingginya sekitar 10 meter di atas permukaan sungai. Sebelumnya, kita diwajibkan untuk mengambil sebuah bendera merah putih di ujung pohon. “jangan khawatir, sungainya dalam kok. Anda juga tidak akan tenggelam, kan sudah pakai jaket pelampung” ujar si pemandu. Diawali oleh seorang pemandu dan akhirnya banyak yang ikut tertantang. Kabarnya, menantu dari Sri Sultan HB X, KPH Yudhanegara yang pada November 2011 melangsungkan pernikahan agung itu juga pernah mencoba tantangan ini.        Ada pula beberapa permainan kolektif lainnya yang memang sudah dipersiapkan.

Macam – macam wisata
Goa ini dirintis pada Oktober 2010 oleh Subagyo, Tukijo, Suratmin, dan Pariyo. Selama empat bulan, setiap hari mereka bekerja bakti membersihkan dalam goa. Setelah semua bersih, mereka mulai merancang strategi promosi. Sebenarnya Desa Bejiharjo sendiri mempunyai 12 goa, salah satunya adalah Goa Pindul. Rencananya warga desa akan memaksimalkan potensi wisata Bejiharjo.

Saat ini sudah terdapat berbagai macam bentuk wisata yang dibuat oleh warga. Selain Goa Pindul, terdapat situs Sokoliman. Situs peninggalan jaman megalitikum ini berada di Dusun Sokoliman dan menyimpan sekumpulan batu menhir. Terdapat pula monumen Panglima  Besar Jendral Soedirman. Monumen ini adalah saksi sejarah perjalanan sang pahlawan dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Kemudian, ada pula petualangan di Sungai Oya. Wahana ini hampir mirip dengan rafting, namun yang membuat berbeda adalah susur sungai ini menggunakan ban seperti yang digunakan pada saat menyusuri Goa Pindul. Susur sungai ditempuh dengan jarak kurang lebih 5 kilometer. Dengan hanya menghanyutkan diri mengikuti arus sungai yang mempunyai pemandangan menarik, kita akan dibawa menikmati serunya petualangan.

Sebelum memasuki garis pemberangkatan susur sungai, kita akan melewati sebuah hutan kayu putih yang sangat luas. Bau harum khas kayu putih pun sangat terasa ketika kita melaluinya. Selain hutan kayu putih, di desa itu terdapat pula tempat penyulingan kayu putih, tempat di mana daun kayu putih diolah menjadi minyak kayu putih seperti yang kita sering temui. Mungkin pada saat-saat tertentu anda bisa mengunjungi tempat itu untuk mengetahui bagaimana prosesnya.

Sisi lain yang perlu diketahui adalah bahwa di desa ini juga merupakan desa perajin blangkon. Hasil kerajinan blangkon dari desa ini dipasarkan ke seluruh wilayah Yogyakarta dan sebagian ke beberapa wilayah di Jawa tengah. Ide wisata kembali tercetus yaitu pembudidayaan ikan lele skala rumah tangga. “ini adalah pengembangan untuk wisata pendidikan, cukup dengan per orang Rp 5000, dalam dua jam anda akan langsung bisa untuk membudidayakan ikan lele” kata Subagyo, ketua POKDARWIS DEWA BEJO.

Berkeliling di desa ini serasa seperti di sebuah tempat di negri mimpi. Berbagai potensi saling membentuk harmoni. Suasana sawah luas nan hijau yang tak biasa kita temui di daerah pegunungan pun ada di tempat ini.

Kesenian
Tak hentinya menyebutkan satu per satu kekayaan potensi Desa Beji Harjo. Kegiatan kesenian di desa ini sangat kaya. Ada kesenian gejog lesung, tari-tarian jathilan dan panembrama. Setiap tahunnya, di tempat ini mengadakan acara bersih sungai. Pada saat itu pula lah kesenian-kesenian itu ditampilkan. 2010 kemarin, desa ini mendapat prestasi yaitu memperoleh peringkat 5 dalam festival desa wisata se-propinsi DIY.

Satu hal lagi kekayaan Bejiharjo yang tak boleh kita lewatkan, yaitu adalah berupa wayang beber. Di Indonesia, wayang beber hanya tersisa di dua tempat. Satu di daerah pacitan dan berikutnya adalah di Desa Bejiharjo ini, tepatnya di Dusun Gelaran. Terdapat 9 gulungan dengan cerita Remeng Mangunjaya. Namun sayang, karena membutuhkan prosesi dan sesaji tertentu untuk membukanya maka hanya jika ada acara besar saja wayang tersebut dibuka.



Home stay  : Rp 20. 000 – Rp 30. 000 per orang
Makan : Rp 30. 000 per orang
Cave Tubing Goa  Pindul : Rp 30. 000 per orang minimal 5 orang
Susur Sungai : Rp 45. 000per orang minimal 5 orang