Bagi para penggiat petualangan, terlebih
petualang sungai atau goa, tak selamanya harus melewati rintangan-rintangan
yang berbahaya. Di sebuah Desa di Kabupaten Gunung Kidul, saya melakukan petualangan
menyusuri sungai ke dalam goa. Warga sekitar menyebutnya dengan cave tubing.
Untuk memulai
petualangan, saya harus terlebih dulu mendatangi basecamp di Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung
Kidul Yogyakarta. Saya harus melewati perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kota
Yogyakarta. Ibarat mendaki gunung, jalan berkelok dan menanjak harus saya
lalui, namun saya mendakinya dengan sebuah kendaraan.
Tibalah
saya di basecamp yang letaknya paling
dekat dengan Goa Pindul dan inilah basecamp
yang resmi dan dikelola oleh POKDARWIS DEWA BEJO (Kelompok Sadar Wisata
Desa Wisata Beji Harjo) yang diketuai oleh Subagyo. Basecamp ini cukup ramai. Terlihat banyak tumpukan rompi pelampung
yang sedang dijemur dan sekelompok pemandu yang sedang beristirahat. Di depan basecamp terdapat sebuah kolam yang
cukup besar. Sambil menunggu giliran berpetualang, pengunjung bisa menikmati
terapi ikan. Seperti yang kita lihat di televisi, terapi ikan ini berfungsi
untuk mengangkat sel-sel kulit mati. Namun kalau di tempat lain, menikmati
terapi ikan harus membayar dengan tarif tertentu, di sini kita bisa menikmati
secara gratis.
Berdasarkan cerita masyarakat setempat,
nama Goa Pindul sendiri berasal dari kisah pembuangan bayi oleh utusan
Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Sebelum dibuang, sang bayi
dimandikan di dalam sebuah goa. Saat dimandikan, pipi sang bayi terbentur
sebuah batu. Karena peristiwa tersebut, akhirnya goa tersebut dinamai Goa
Pindul (pipi Kebendul (terbentur)). Cerita tentang asal mula penamaan ini kini
dimonumenkan dalam sebuah prasasti yang berada di awal jalur pemberangkatan
goa.
“Silakan jaket pelampungnya
dipakai”, kata salah seorang pemandu. Ia juga menjelaskan bagaimana posisi
pemakaian ban pelampung. Petualangan goa ini terdiri dari zona terang, zona
remang, dan zona gelap. Di awal petualangan, saya melihat banyak kelelawar dan
wallet beterbangan keluar masuk. Jika masuk ke dalam, kita akan melihat
beberapa sarangnya. Semakin ke dalam tibalah saya di zona remang dan zona
gelap. Tak ada setitik pun cahaya matahari yang terlihat, untungnya setiap
pemandu selalu dibekali penerangan berupa lampu senter.
Di tengah goa terdapat batu
stalagmit dan stalagtit dengan berbagai ukuran. Terdapat pula stalagtit dengan
ukuran raksasa dan menghujam ke bawah sekitar 5 meter. Di dalam kegelapan goa itu, salah seorang
pemandu mengatakan bahwa di tempat itu terdapat batu yang bisa mengeluarkan
bunyi seperti suara gamelan. Dari situ warga sekitar menamainya dengan nama Watu Gong.
Karakter cave tubing di Goa Pindul ini mungkin berbeda dengan suasana caving lainnya. Meskipun kedalamannya
mencapai 5 meter, namun arus sungai yang tenang dan pendampingan dari para
pemandu yang dengan ramah melayani membuat petualangan ini sangat menyenangkan.
Di akhir goa, suasana gelap perlahan menjadi temaram dan kemudian terang.
Arsitektur goa terlihat indah dan eksotis. “silakan kalau mau foto-foto,
biasanya ada juga yang naik ke batu ini mas” kata seorang pemandu sambil
menunjuk tebing batu dalam goa itu.
Melihat ke sisi atas goa itu,
terdapat sebuah lubang yang sangat besar menganga sebagai pintu cahaya matahari
yang masuk menerangi goa itu. Konon, lubang tersebut terbentuk karena diinjak
oleh seorang utusan Panembahan Senapati. Karena kesaktiannya, goa itu berlubang
dengan sekali injakan.
Sesampainya di luar goa, pemandu
menyajikan berbagai macam permainan. Salah satunya adalah menantang para
pengunjung yang baru saja keluar dari goa untuk terjun dari sebuah pohon yang
tingginya sekitar 10 meter di atas permukaan sungai. Sebelumnya, kita
diwajibkan untuk mengambil sebuah bendera merah putih di ujung pohon. “jangan
khawatir, sungainya dalam kok. Anda juga tidak akan tenggelam, kan sudah pakai
jaket pelampung” ujar si pemandu. Diawali oleh seorang pemandu dan akhirnya banyak
yang ikut tertantang. Kabarnya, menantu dari Sri Sultan HB X, KPH Yudhanegara
yang pada November 2011 melangsungkan pernikahan agung itu juga pernah mencoba
tantangan ini. Ada pula beberapa
permainan kolektif lainnya yang memang sudah dipersiapkan.
Macam – macam wisata
Goa
ini dirintis pada Oktober 2010 oleh Subagyo, Tukijo, Suratmin, dan Pariyo.
Selama empat bulan, setiap hari mereka bekerja bakti membersihkan dalam goa. Setelah
semua bersih, mereka mulai merancang strategi promosi. Sebenarnya Desa
Bejiharjo sendiri mempunyai 12 goa, salah satunya adalah Goa Pindul. Rencananya
warga desa akan memaksimalkan potensi wisata Bejiharjo.
Saat
ini sudah terdapat berbagai macam bentuk wisata yang dibuat oleh warga. Selain
Goa Pindul, terdapat situs Sokoliman. Situs peninggalan jaman megalitikum ini
berada di Dusun Sokoliman dan menyimpan sekumpulan batu menhir. Terdapat pula
monumen Panglima Besar Jendral
Soedirman. Monumen ini adalah saksi sejarah perjalanan sang pahlawan dalam
melakukan perlawanan terhadap penjajah. Kemudian, ada pula petualangan di
Sungai Oya. Wahana ini hampir mirip dengan rafting, namun yang membuat berbeda
adalah susur sungai ini menggunakan ban seperti yang digunakan pada saat
menyusuri Goa Pindul. Susur sungai ditempuh dengan jarak kurang lebih 5
kilometer. Dengan hanya menghanyutkan diri mengikuti arus sungai yang mempunyai
pemandangan menarik, kita akan dibawa menikmati serunya petualangan.
Sebelum
memasuki garis pemberangkatan susur sungai, kita akan melewati sebuah hutan
kayu putih yang sangat luas. Bau harum khas kayu putih pun sangat terasa ketika
kita melaluinya. Selain hutan kayu putih, di desa itu terdapat pula tempat
penyulingan kayu putih, tempat di mana daun kayu putih diolah menjadi minyak
kayu putih seperti yang kita sering temui. Mungkin pada saat-saat tertentu anda
bisa mengunjungi tempat itu untuk mengetahui bagaimana prosesnya.
Sisi
lain yang perlu diketahui adalah bahwa di desa ini juga merupakan desa perajin
blangkon. Hasil kerajinan blangkon dari desa ini dipasarkan ke seluruh wilayah
Yogyakarta dan sebagian ke beberapa wilayah di Jawa tengah. Ide wisata kembali
tercetus yaitu pembudidayaan ikan lele skala rumah tangga. “ini adalah
pengembangan untuk wisata pendidikan, cukup dengan per orang Rp 5000, dalam dua
jam anda akan langsung bisa untuk membudidayakan ikan lele” kata Subagyo, ketua
POKDARWIS DEWA BEJO.
Berkeliling
di desa ini serasa seperti di sebuah tempat di negri mimpi. Berbagai potensi
saling membentuk harmoni. Suasana sawah luas nan hijau yang tak biasa kita
temui di daerah pegunungan pun ada di tempat ini.
Kesenian
Tak
hentinya menyebutkan satu per satu kekayaan potensi Desa Beji Harjo. Kegiatan
kesenian di desa ini sangat kaya. Ada kesenian gejog lesung, tari-tarian
jathilan dan panembrama. Setiap tahunnya, di tempat ini mengadakan acara bersih
sungai. Pada saat itu pula lah kesenian-kesenian itu ditampilkan. 2010 kemarin,
desa ini mendapat prestasi yaitu memperoleh peringkat 5 dalam festival desa
wisata se-propinsi DIY.
Satu
hal lagi kekayaan Bejiharjo yang tak boleh kita lewatkan, yaitu adalah berupa
wayang beber. Di Indonesia, wayang beber hanya tersisa di dua tempat. Satu di
daerah pacitan dan berikutnya adalah di Desa Bejiharjo ini, tepatnya di Dusun
Gelaran. Terdapat 9 gulungan dengan cerita Remeng Mangunjaya. Namun sayang, karena
membutuhkan prosesi dan sesaji tertentu untuk membukanya maka hanya jika ada
acara besar saja wayang tersebut dibuka.
Home stay : Rp 20. 000 – Rp 30. 000 per orang
Makan :
Rp 30. 000 per orang
Cave Tubing Goa
Pindul : Rp 30. 000
per orang minimal 5 orang
Susur Sungai :
Rp 45. 000per orang minimal 5 orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar