Selasa, 08 November 2011

Jamu Ginggang, Kuliner Minuman Obat

“Sejak dulu hingga sekarang, rasa jamu di sini tidak berubah. Tetap konsisten dengan resep warisan dan menjaga kualitas. “

Menikmati makanan dan minuman khas Yogyakarta seperti gudeg, es kelapa muda dan es dawet barangkali sudah biasa. Pernahkah berpikir tentang resto jamu?  Padahal, biasanya kita mengenalnya sebagai minuman obat.

Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti akar-akaran dan daun-daunan. Konon, resep jamu hanya dikenal di kalangan keraton dan tidak diperbolehkan keluar dari lingkungan keraton. Seiring dengan perkembangan jaman, orang-orang lingkungan keraton mulai mengajarkan cara untuk meracik jamu kepada masyarakat di luar keraton. Jamu pun berkembang dengan pesat sampai saat ini, tidak hanya di Indonesia tetapi sampai ke manca negara.

Warung jamu “Ginggang” adalah tempat yang menjual jamu jawa asli. Warung ini berbeda dari penjual jamu pada umumnya. Selain menjual minuman jamu sebagai obat, warung ini juga menjual minuman jamu sebagai minuman rekreasi. Letaknya di Di Jalan Masjid 32 Pakualaman, sebelah timur Pura Pakualaman Yogyakarta.

Rudi, generasi ke-5 pengelola warung jamu ini bercerita bahwa “Ginggang” adalah salah satu pelopor industri jamu di Yogyakarta. Warung ini berdiri sejak jaman Sri Pakualam ke VI sekitar tahun 1930. Sebelumnya, mbah Joyo, pendiri warung jamu ini adalah seorang abdi dalem (pelayan) Pura Pakualaman Yogyakarta. Ia berperan sebagai tabib kerajaan. Setelah berhasil meramu beberapa jenis jamu berkhasiat, Sri Pakualam menyarankan kepada mbah Joyo untuk mendirikan warung jamu dengan nama “Tan Ginggang”. Ginggang adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti renggang dan merupakan satu cuplikan dari sebuah peribahasa Jawa yang berbunyi “datan ginggang sarikma” yang berarti tidak renggang meskipun berjarak hanya sehelai rambut. Berarti, melalui jamu, hubungan yang “tansah renggang” atau agak menjauh bisa semakin direkatkan. Juga supaya hubungan antara keraton Pakualaman dan warga sekitar senantiasa rukun tanpa jarak sosial. Di sisi lain, penyakit yang ada di dalam tubuh akan segera menjauh setelah meminum jamu.

Nama “Tan Ginggang” kini telah diperingkas dengan “Ginggang” . Dari hanya warung jamu biasa kini warung jamu ini sudah berkonsep resto jamu. “Ayah saya sudah memodifikasinya agar jamu bisa menjadi sesuatu yang bersahabat” kata Rudi. Pengunjung bisa menikmati berbagai minuman jamu seperti seperti temu lawak, beras Kencur, kunir asem, cabe puyang, watukan, uyub-uyub, Sawan Tahun. Bisa diminum di tempat, bisa juga dibungkus dibawa pulang. Sekarang para anak muda pun menyukai jamu. Biasanya pulang berolah raga atau pulang kantor akan mampir ke sini. selain segar, mereka juga menyadari akan khasiat jamu.

Suasana klasik nan teduh pun juga terasa. Dekorasi rumah dan cara penyajiannya yang juga masih sama seperti asli sejak berdiri. Suasana ini membuat para pengunjung merasakan kembali atmosfer tempo dulu. Mirip seperti sebuah warung makan, warung jamu ini dilengkapi dengan meja dan kursi. Barangkali, warung ini bisa dipakai untuk rapat dan nongkrong.

Pelanggannya cukup beragam. Ada yang warga sekitar dan ada pula warga dari kota lain yang mendengar kabar tentang warung ini dan menyempatkan untuk mencobanya, bahkan warga asing pun gemar menikmati jamu di sini. Tak jarang dari mereka kembali untuk menikmati lagi. Di sini jamu tersedia dalam paket biasa dan paket komplit. Paket komplit biasanya plus telur ayam kampung, madu, dan anggur. Rasanya lebih segar daripada paket biasa. Atau paket dingin, yaitu jamu plus es batu. Rasanya dingin menyegarkan. Saat minum jamu ini, kita akan lupa bahwa yang kita nikmati itu adalah jamu.harga paling murah Rp 4000 dan paling mahal Rp 12 000. Warung ini buka nonstop Senin- Minggu dari pukul 8.00 – 20.30.
Biasanya, minuman jamu yang menjadi idola adalah beras kencur dan kunir asem. Selain rasanya manis, harganya juga cukup murah. Meskipun manis, pada hakekatnya jamu tetap memiliki khasiat obat. Jadi, nikmat dan sehat. Jika ingin minuman yang segar, warung jamu Ginggang juga menyediakan es jamu. Bila ada pengunjung yang tak tahu menu jamu, karyawan warung akan menjelaskan bagaimana rasa dan khasiatnya.

Tak hanya minuman jamu manis dan ringan. Jika sedang sakit, warung ini juga menyediakan berbagai menu jamu untuk pengobatan dan pencegahan. Minuman kencur keras misalnya, minuman ini berkhasiat untuk mengobati batuk. Ada pula jamu paitan bratawali. Jamu ini terkenal yang paling pahit. Khasiatnya adalah untuk pembersihan darah kotor. Brotowali disajikan dua gelas. Gelas besar adalah jamunya dan gelas kecil adalah minuman manis penetral rasa pahit.

Warung jamu ginggang juga terbuka bagi siapapun yang ingin belajar membuat jamu secara langsung. “kalau bisa bahan-bahannya membawa sendiri. Kami akan memberi tahu bagaimana cara membuat jamu secara tradisional, mulai dari pemilihan bahan, penimbangan, penumbukan, pemipisan, penyaringan, peramuan dan penyajian. Tapi sebelumnya harus konfirmasi dulu pada kami.” Kata Rudi dengan penuh semangat.
Berminat mencoba minuman obat namun enak dan segar ini? Silakan saja langsung datang ke tempat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar